Kamis, 04 November 2010

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 (DUA)

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 (DUA)
MEMBUAT KESIMPULAN DARI 2 KORAN YANG BERBEDA

KOMPAS
PADANG, KOMPAS.com - BPBD Sumbar mencatat korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Mentawai yang telah ditemukan sebanyak 337 orang.
"Sebelumnya korban meninggal dunia sebanyak 311 orang, namun saat ini bertambah menjadi 337 orang yang telah ditemukan," kata Kabid Penanggulang Bencana BPBD Sumbar, Ade Edwar, Kamis (28/10/2010).
Menurut dia, data tersebut didapat dan dilaporkan BPBD Mentawai kepada BPBD Sumbar pada setiap satu jam.
"Setiap satu jam, BPBD Mentawai memberikan laporan kepada BPBD Sumbar mengenai data korban tewas dan warga hilang," katanya.
Dia mengatakan, warga yang hilang akibat diterjang gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai mencapai 338 jiwa.
"Untuk korban luka berat sebanyak 265 orang, luka ringan 140 orang, dan warga dalam pengungsian sebanyak 4.000 jiwa," katanya.
Sekolah yang rusak sebanyak empat SD dan satu unit gedung SMP, sedangkan fasilitas umum yang rusak antara lain gereja sebanyak empat unit, Puskesmas tiga unit, 426 rumah warga rusak berat, 200 rumah warga rusak ringan, jembatan 10 unit, serta jalan P2D sepanjang 8 kilometer.
Dia mengatakan, dari pulau yang ada di Kabupaten Mentawai tercatat dua pulau yang terparah akibat terjangan gempa dan tsunami, yakni Pulau Pagai Selatan dan Pagai Utara.
Menurut dia, korban pengungsian yang berada di Kecamatan Pagai Selatan Desa Bulasat diperkirakan 2.400 jiwa pada dusun Luranabana, Limoksu, Maonai, dan Moping. Mereka belum mendapatkan bantuan.
"Lokasi tersebut sangat sulit dicapai oleh tim bantuan dan juga disebabkan kekurangan bahan bakar minyak (BBM) untuk menuju tempat tersebut melalui laut," katanya.
Dia menambahkan beberapa daerah lainnya yang berada di Kabupaten Mentawai sudah mendapatkan bantuan oleh Tim Bantuan bagi korban gempa dan tsunami.
"Bantuan terus saja berdatang dari para donatur ke Posko bantuan bencana untuk membantu korban gempa dan tsunami," katanya.
Bantuan yang diterima tersebut telah disalurkan ke Kabupaten Mentawai melalui jalur laut yang diberangkatkan dari Pelabuhan Teluk bayur dan Pelabuhan Bungus, Kota Padang.
Sejak terjadinya gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai, lanjut Ade Edawar, BPBD Sumbar sudah membuka posko bantuan.
"Posko bantuan tersebut berada di Jakarta ada dua tempat yakni Bandara Cengkareng, serta Pelabuhan Tanjung Priok, sedangkan posko di Kota Padang juga ada dua tempat, yakni Bandara Internasional Minangkabu (BIM) Ketaping, serta Pelabuhan Teluk Bayur,serta Pelabuhan Bungus Padang," kata Ade Edwar.

POSKOTA
JAKARTA (Pos Kota) – Kepemimpinan Presiden SBY benar-benar diuji. Tidak hanya sekadar demo setiap hari, tapi alam pun mencobanya dalam beberapa hari terakhir mulai gempa dan tsunami di Mentawai, Sumbar, banjir hingga meletusnya Gunung Merapi.
Kali ini Presiden goyang, setidaknya harus mempercepat lawatannya di Hanoi, Vietnam. SBY merasa perlu memimpin sendiri operasi tanggap darurat. Rombongan presiden Rabu (27/10) Pkl. 17:36 mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, Padang, dan setelah menginap semalam akan meninjau korban di Mentawai.
Rencananya, Jumat (29/10), usai salat Jumat, Presiden kembali ke Vietnam untuk mengikuti pertemuan puncak ke-17 KTT ASEAN hingga 30 Oktober 2010. Setibanya di Padang, Presiden menerima laporan Wapres Boediono yang sudah ke Mentawai bersama Menko Kesra Agung Laksono, Menkes Endang Sedyaningsih, Mensos Salim Segaf, dan Menteri PU Djoko Kirmanto.
Dari Padang, Presiden akan bertolak ke Yogyakarta, untuk melihat dampak letusan Gunung Merapi yang terjadi Selasa (26/10) sore.
Memang sejak SBY jadi Presiden banyak sudah negeri ini diterpa bencana. Oleh karena itu dengan lugunya Edy seorang tukang ojek mengatakan setelah Mentawai, lalu Merapi terus bencana apa lagi yang terjadi di negeri ini.”Kok jadi gini bencana melulu,”ujarnya yang sering mangkal di Jalan Keaguangan, Tanah Saeral, Jakarta Barat
Tidak hanya Edy. Endun seorang ibu tukang gado-gado juga merisaukan hal yang sama. “Jadi takut kalau ada bencana terus. Meski jauh dari Jakarta kita juga khawatir. Pasalnya bencana di Jakarta adalah banjir. Duh gusti..”ujarnya.
BANTUAN
Sementara pasca bencana gempa 7,2 Skala Richter di Kep. Mentawai, Kementerian Sosial bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan sudah mengirimkan bantuan, Rabu (26/10). “Kemsos mengirimkan paket makanan 5 ton,” jelas Kahumas Kemsos, Hery Kristanto.
BNPB, lanjutnya, mengirimkan 500 lembar tenda gulung, 50 unit tenda keluarga, 500 lembar tikar, 80 lembar selimut dan 650 paket lauk pauk. Sedangkan Kemkes mengirimkan obat-obatan seberat empat ton.
Hery menambahkan, BNPB telah menerapkan status tanggap darurat di wilayah tersebut dan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemda setempat.
PU BANTU AIR
Kementerian PU mengirimkan dua unit mobil tangki air, dua unit Instalasi Penjernih Air (IPA), ke Mentawai dan 12 unit hidran umum serta 1.000 jerigen diberangkatkan dari Bekasi ke Padang untuk korban tsunami.
Menurut Kapuskomblik KemenPU, Waskito Pandu, untuk membantu korban Gunung Merapi disiapkan empat unit mobil tangki air, 80 unit hidran umum (HU), WC knockdown, 10 unit WC por table, 25 HU, 10 PAC, dua unit genset, satu unit alat penjernih air berkapasitas 2,5 liter/detik. “Masih ditambah lagi dari stok barang di Jateng 120 HU, tujuh unit mobil tangki, air.”
PLN mengirim tim teknis dan enam unit generator set (genset) untuk memulihkan pasokan listrik di Mentawai, Senin malam (25/10).
Direktur Bisnis PT PLN, Murtaqi Syamsudin mengatakan, sejak gempa, pasokan listrik ke kepulauan tersebut lumpuh. Hampir seluruh sarana dan prasarana listrik rusak. Akibatnya daerah tersebut gelap gulita.
Untuk membangun kembali sarana dan prasaran yang rusak tersebut, kata Murtaqi, PLN mengirim tim teknis. Tim teknis ini dalam dua hari harus, memperbaiki sarana dan prasarana. Sedangkan untuk memulihkan pasokan listriknya sendiri.
Menurut Murtaqi, PLN selain mengirim tim teknis dan genset ke Mentawai, juga akan mengoptimalkan pasokan listrik di daerah pengungsi Gunung Merapi.
DATA BERBEDA
Posko Lumbung Derma yang beranggotakan 29 LSM dan Organisasi Mahasiswa Mentawai di Kota Padang mencatat, korban meninggal akibat gempa di Mentawai 164 orang pada Rabu (27/10) Pkl 13:30 WIB. Data ini beda 10 jiwa dengan data BNPB. Data BNPB hingga Rabu (27/10) pkl. 16:00 WIB melansir, 154 orang tewas dan 400 orang hilang, dengan pengungsi 4.000 KK.
“Kami juga telah mendata 100 rumah rusak berat akibat gempa yang disertai tsunami yang terjadi pada Senin malam,” kata Koordinator Posko Lumbung Derma, Yoseph, Rabu.
Sedangkan korban tewas akibat letusan Gunung Merapi bertambah 4 orang menjadi 29 orang, korban hilang 2 orang, luka berat 34 orang dan luka ringan 4 orang. Jumlah pengungsi tidak berubah sebanyak 41.649 jiwa, dengan rincian Kab. Sleman 19.050 jiwa, Kab. Magelang 10.610 jiwa, Boyolali 3.621 jiwa dan Klaten 8.368 jiwa.
HUBLA KIRIM KAPAL
Ditjen Perhubungan Laut mengirim empat unit kapal untuk kepentingan tanggap darurat ke Mentawai, Sumatera Barat, kemarin.
Keempat kapal itu, kata Sesditjen Hubla Kemenhub Bobby R Mamahit yakni KM Labobar milik PT Pelni dari Jakarta, dua unit kapal perintis dari Pelabuhan Pangkal Teluk Bayur, serta satu unit Kapal Navigasi milik Ditjen Perhubungan Laut. (aby/syam/dwi/tri/johara/B)



KESIMPULAN PERBEDAAN ANTARA KOMPAS DAN POSKOTA
Diatas telah di tampilkan masing masing berita dari harian yang berbeda yaitu Kompas dan poskota, didalam tulisan ini saya akan menyimpulkan perbedaan antara keduanya. “mengapa mengambil perbedaan antara harian Kompas dan Poskota..?” karna walaupun sama-sama berita dan mempunyai kabar masing-masing tapi dalam segi penulisanya sangatlah berbeda, jika kompas untuk kalangan menengah keatas sementara Poskota koran untuk menengah kebawah, agar semua kalangan masyarakat dapat mengetahui berita sesuai dengan omset yang ada. Dari sinilah saya akan membuat kesimpulan penulisan antara keduanya.
Kompas mengunakan bahasa yang resmi di peruntukan untuk kalangan menengah keatas, sedangkan Poskota mengunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti diperuntukan untuk kalangan menengah kebawah. Di bawah ini akan di simpulkan perbedaan dari keduanya:
KOMPAS
1. Bahasanya resmi, dan tak mudah dipahami
2. Ditunjukan untuk kalangan menengah keatas
3. Kalimat demi kalimat / kata per katanya jelas/ menjurus.
4. Menggunakan bahasa baku
POSKOTA
1. Bahasanya mudah dipahami
2. Ditunjukan untuk kalangan menengah kebawah
3. Tidak menjurus, berliku-liku.
4. Menggunakan bahasa Kiasan

By Danang saputra with No comments

0 komentar:

Posting Komentar